Keberadaan Diri sendiri di tengah kosmik pikiran
Keberadaan "diri" yang sejati nya melawan kosmik pikiran yang ada di masyarakat mayoritas, kadang membuat diri yang sejati nya hilang tak terlihat ataupun tidak tumbuh, dia ada tapi tiada... atau menjadi kesia-sia an. Karena kita terlalu di sibukan dengan kosmiknya pikiran mayoritas yang disebut ilusi atau halu bahasa sehari-hari nya.
Tidak semua masyarakat umum mengerti dan paham, apa artinya keberadaan diri yang sejati nya, karena dia tidak terlihat dan itu mesti di gapai dengan cara di ambil dari dalam lautan diri kehidupan yang ada di dalam diri kita snediri.
Untuk melampaui ombak nya laut kehidupan di dalam diri itu lebih dahsyat ombak nya dari pada laut yang sesungguh nya, atau laut dari hasil pemikiran ilusi nya masyarakat kebanyakan. Hampir semua cara pandang masyarakat umum, bahwa yang di sebut sukses adalah hal-hal duniawi dsb nya, maka tidak heran kejahatan, penyimpangan nilai-nilai dan lainnya menjadi sebuah akar permasalahan yang di sebut "epidemic cosmic minded in the collective majority of most people thinking....." dan itu yang di sebut ilusi di dalam dunia maya ilusi ke "modern"an " dan itu menjadi pijakan tolak ukur manusia yang terjadi secara luas, dan gampang. Itulah yang disebut "kemiskinan yang membodohi diri" sampai ilmu pengetahuan pun di jadikan kendara-an daripada pemikiran duniawi tersebut. Itu semua sangat jauh dari nilai-nilai realitas yang sesungguh nya yang di semua ajaran kebaikan sudah kita semua ketahui.
Untuk melampaui ombak nya laut kehidupan di dalam diri itu lebih dahsyat ombak nya dari pada laut yang sesungguh nya, atau laut dari hasil pemikiran ilusi nya masyarakat kebanyakan. Hampir semua cara pandang masyarakat umum, bahwa yang di sebut sukses adalah hal-hal duniawi dsb nya, maka tidak heran kejahatan, penyimpangan nilai-nilai dan lainnya menjadi sebuah akar permasalahan yang di sebut "epidemic cosmic minded in the collective majority of most people thinking....." dan itu yang di sebut ilusi di dalam dunia maya ilusi ke "modern"an " dan itu menjadi pijakan tolak ukur manusia yang terjadi secara luas, dan gampang. Itulah yang disebut "kemiskinan yang membodohi diri" sampai ilmu pengetahuan pun di jadikan kendara-an daripada pemikiran duniawi tersebut. Itu semua sangat jauh dari nilai-nilai realitas yang sesungguh nya yang di semua ajaran kebaikan sudah kita semua ketahui.
Pada umumnya manusia hanya berfikir dengan linear atau satu dimesional, tidak ber-gradasi atau multi dimensi karena bangunan pemikirannya tidak di dasarkan atau di teliti dengan banyaknya pengetahuan yang sebenarnya bisa kita akses dan pelajari untuk menjadi makanan dan vitamin sehat atau nutrisi daripada intelektual kita.
Kesemua fungsi dari intelektual, pikiran, memori, ego, jiwa dan ruhani semuanya di berikan makanan yang baik dan sehat menurut kapasitas keterbukaan diri dan keinginan untuk melakukan pembangunan diri. Dan semua itu membutuhkan waktu yang sangat panjang untuk dapat menyadari yang disebut "dimensional being as a human" sebagai salah satu aset yang dapat di gunakan untuk mempersiapkan dan memantaskan diri kita sendiri untuk memiliki pemikiran yang BUKAN biasa-biasa saja tetapi luar biasa.
Kesemua fungsi dari intelektual, pikiran, memori, ego, jiwa dan ruhani semuanya di berikan makanan yang baik dan sehat menurut kapasitas keterbukaan diri dan keinginan untuk melakukan pembangunan diri. Dan semua itu membutuhkan waktu yang sangat panjang untuk dapat menyadari yang disebut "dimensional being as a human" sebagai salah satu aset yang dapat di gunakan untuk mempersiapkan dan memantaskan diri kita sendiri untuk memiliki pemikiran yang BUKAN biasa-biasa saja tetapi luar biasa.
Pilihan nya tetap letaknya di dalam diri kita sendiri sebagai pejuang dari pembangunan diri kita sendiri sebagai sumber aset kita dan juga nilai-nilai kelangitan yang biasa di sebut kita ini manusia langit yang sedang ada di bumi tetapi tidak bisa melangitkan nilai-nilai langit untuk hidup bersahaja di bumi ini karena saking tidak mampu nya diri ini melampaui dan menaklukan diri sendiri dan memilih kehidupan kita sendiri di antara riak nya kehidupan orang lain dan menjadikan kolektif kosmik yang mayoritas menjadi satu-satu nya pegangan pemikiran untuk menghidupi hidup ini sehingga terkesan menjadi valid tanpa kita mampu memberikan pilihan relatif dan alternatf bahwa kita bisa memilih dengan hal yang lainnya yang baik bagi diri sendiri dan tidak perlu harus sama dengan MAYORITAS.
Kita tidak perlu melawan arus lagi dan tidak perlu menikmati arus di kolam yang sama tetapi kita bisa berdiri untuk memilih ombak pantai kehidupan kita sendiri yang lebih tenang dan bersahaja. Asal kita sudah belajar berenang dan memiliki mindset nya diri kita sendiri tanpa takut untuk menjadi berbeda dan unik dengan memilih untuk menaklukan diri sendiri di dalam kehidupan ombak pantai kehidupan yang ada di dalam diri sendiri. Maka apabila di dalam diri kita konkret maka di luar diri kita akan sama konkret nya dnegan yang ada di dalam diri sendiri. Dan itu memudah kan kita untuk bisa hidup dengan tenang, bersahaja dan damai. Semoga semua manusia di dunia ini baik-baik saja... xx
Kita tidak perlu melawan arus lagi dan tidak perlu menikmati arus di kolam yang sama tetapi kita bisa berdiri untuk memilih ombak pantai kehidupan kita sendiri yang lebih tenang dan bersahaja. Asal kita sudah belajar berenang dan memiliki mindset nya diri kita sendiri tanpa takut untuk menjadi berbeda dan unik dengan memilih untuk menaklukan diri sendiri di dalam kehidupan ombak pantai kehidupan yang ada di dalam diri sendiri. Maka apabila di dalam diri kita konkret maka di luar diri kita akan sama konkret nya dnegan yang ada di dalam diri sendiri. Dan itu memudah kan kita untuk bisa hidup dengan tenang, bersahaja dan damai. Semoga semua manusia di dunia ini baik-baik saja... xx
Comments