Dua minggu sudah saya habiskan di Bali, tepatnya di desa Singaraja. Bersama beberapa teman yang datang dari luar Indonesia dengan memiliki keinginan yang sama mungkin? selain untuk mengenal diri lebih mendalam, kami bersama-sama di tempat yang sama melakukan kegiatan retreat dan training dari sebuah institusi yang mengajarkan kepada kami bagaimana menggunakan nafas untuk lebih masuk ke dalam diri, dan menghasilkan hal-hal yang luar biasa bagi diri kita masing-masing. Kepergian saya saat itu terasa sangat mendalam, karena tidak ada satupun saya menggunakan harapan saya untuk mendapatkan sebuah "wangsit" tetapi tujuan saya hanya untuk berfokus menyelesaikan study saya di bidang 'Breathe into healing" atau yang di kenal di luar negri dengan sebutan 'Breathwork" yang tentu saja di Jakarta belum sangat familiar. Berlatar belakang selama hampir 10 tahun bekerja di bidang Yoga Pranayama, Yoga Asanas yang mengerak-gerak-an tubuh, Meditasi dan Sudarsha...
Keberadaan "diri" yang sejati nya melawan kosmik pikiran yang ada di masyarakat mayoritas, kadang membuat diri yang sejati nya hilang tak terlihat ataupun tidak tumbuh, dia ada tapi tiada... atau menjadi kesia-sia an. Karena kita terlalu di sibukan dengan kosmiknya pikiran mayoritas yang disebut ilusi atau halu bahasa sehari-hari nya. Tidak semua masyarakat umum mengerti dan paham, apa artinya keberadaan diri yang sejati nya, karena dia tidak terlihat dan itu mesti di gapai dengan cara di ambil dari dalam lautan diri kehidupan yang ada di dalam diri kita snediri. Untuk melampaui ombak nya laut kehidupan di dalam diri itu lebih dahsyat ombak nya dari pada laut yang sesungguh nya, atau laut dari hasil pemikiran ilusi nya masyarakat kebanyakan. Hampir semua cara pandang masyarakat umum, bahwa yang di sebut sukses adalah hal-hal duniawi dsb nya, maka tidak heran kejahatan, penyimpangan nilai-nilai dan lainnya menjadi sebuah akar permasalahan yang di sebut "epidemic ...
Mengalami beberapa perubahan atau mengalami hal untuk meningkatkan kesadaraan, letak nya bukan di pikiran atau di mentalitas. Tetapi kesadaraan berada di dalam hati yang terdalam. Setiap hal-hal yang terjadi merupakan ujian sekolah di kehidupan ini. Apakah aku ( aku untuk self / jiwa / ego state ) sang aku EGO yang ber-hawa nafsu selalu ingin menguasai dan me-men-jarakan atau men-jauh-kan AKU. AKU bukan si ego tapi AKU lah yang lebih tinggi. TUHAN selalu memanifestasikan diri Nya yang Besar dan Agung untuk sesuatu yang lebih konkret dan permanen. Tapi aku sang EGO selalu berusaha lari dan mencari jawaban untuk mengakui sang AKU yang abadi itu. Perjalanan ke dalam diri selalu nya di-indetifikasi-kan dengan selalu mengenal diri terlebih dahulu, tetapi bagaimana mungkin kita mengenal diri kalau diri kita penuh dengan amarah? dusta? dendam dan hal-hal lainnya yang berpotensi bukan saja menyakiti diri tapi juga menyakiti orang lain? Perilaku pun jauh dari nila...
Comments